Rabu, 08 Mei 2013

Ini Buruhku, Mana Buruhmu”, kata Mereka



Terbitnya sang surya dan kokokan ayam tiap pagimenjadi teman setia bagi seorang buruh. Bagi seorang buruh yang bangun disetiap tatapan anak-anak dan istri yang siap menerima hari baru, dia sudah siapjuga menghadapi apa yang harus ia kerjakan di setiap tugasnya.

Santapan pagi hari dengan segelas air hangat danjajanan gorengan menjadi menu rutinitas baik dibuat dari seorang ibu, istriatau anak-anak, atau bahkan membuat sendiri. Begitu indahnya dedaunan pagi,koran yang siap dilahapnya pula dan suara kayuhan sepeda atau kepulan asapmulai mewarnai pagi. Sesegera beranjak dari tempat dimana ia duduk untukkemudian mandi dan berganti pakaian kerja. Ya, buruh. Mungkin kita sudah tauburuh itu siapa. Buruh identik dengan pegawai kasaran, terikat oleh waktu danotoritas majikan / bos. Subordinatif tak bisa dielakkan dari jiwa buruh. Ohburuh, waktumu sangat singkat untuk anak-anak dan istrimu. Andai waktu tidak 7hari dan jam lebih dari 24 jam, akankah waktumu kau sisakan untuk keluargamuyang kau tinggalkan hanya demi sesuap nasi.

Memasuki abad kini, buruh sudah diberi kelonggaranwaktu 2 hari untuk berlibur yaitu Sabtu Minggu. Tapi, apakah itu bisa menjawabkeluasan buruh. Gaji buruh di negara Indonesia bukan dilihat dari kualitasseberapa banyak kualitas yang dikerjakan, seberapa kuantitas yang dilakukan, tapi tidak sesuai output dan input yang didapat oleh mereka.

Jarum jam semakin berjalan, detik, menit hingga jam.Sangatlah berlaku dan menjadi makanan di tiap waktunya. Bagaimana mungkinpekerja meninggalkan waktu bekerja ketika ia harus bersusah payah mengorbankanpeluh untuk mendapatkan sesuap nasi. Khususnya, di negara berkembang sangattragis nasib buruh perempuan. Cuti untuk sejenak demi kehamilan tentulah sangatkasihan dan sayang jika sejamnya hilang dari tangannya. Cuti tidak akan bisamengembalikan waktunya untuk mendapatkan uang. Maka tidak heran jika banyak ibumuda khususnya keguguran berdampak di bayi. Perempuan muda terkena kista,akibat haid dan nifas yang berminggu-minggu.

Beberapa dekade ini, entah mulai dari abad mesin, abadmodern, abad milineum atau apa, wacana sejarah membawa pada analisa logikailmiah dan progresif. Pada dasarnya, memang pembahasan tentang humanismemembawa sejumlah analisa empiris sangat mendalam sesuai perkembangan jaman.Terkait sejarah buruh, sampai pada titik manakah sejarawan membidik atausekedar hipotesis disertai argumen kuat.

Kekuatan sejarah mempunyai urgensi bagi alarm manusia.Ketika 1 Mei, bangsa Amerika berbondong-bondong turun ke jalan demimenginginkan kemerdekaan buruh dari belenggu upah kian merosot. Pun demikian diIndonesia, satu May yang dikenal hari buruh di Indonesia mengalami beberapatahapan sejarah, mulai dari demo besar-besaran sampai  libur pada masa Soeharto karena menolak darisudut pandang anti-komunis, karena ini tidak sesuai pada ideologis bangsaIndonesia yang anti-komunis. Namun pada kenyataannya sepanjang 5 tahun kurang lebih,tidak ada gerakan destruktif bahwa demo mengakibatkan hal fatal.

Pada baru-baru ini, polemik kenaikan BBM sejak April2013 kembali bertabuh setelah setaun lalu dikabarkan. Kabar berita di Indonesiamemang begini, temporal saja, sulit untuk diketahui kapan batas berlakunya,apakah ini hanya permainan politik saja guna membungkam masyarakat kelas bawahterhadap problem korupsi? Entah. Sepanjang BBM naik, barang pokok/sembakomelejit dan bersamaan masuk uang pangkal bagi anak sekolah tentulah menambahkerumitan keluarga. Gajipun dinilai sangat minim diantara gaji buruh ASEAN. Indonesiamenempati gaji terendah se-Asean perbulan 2jt di kota metropolitan sepertiSurabaya dan Jakarta. Kerumitan yang dialami sangat membludak bersamaan dengandemografi penduduk.

Jaman mesin musti menjadi momok besar di kalanganploretar, tenaga fisik mulai melorot, PHK dimana-mana, demo bertumpah darah,rumahsakit diam membisu menangani ibu bapak kering disaat detik kematian danapapun itu.Mesin menggantikan posisi majikan namun tak bernyawa. Manusiasebagai perkakas borjuis yang takguna. Mungkin, sebagai bahan serep ataukeistimewaan fungsi biologis terkait tubuh perempuan. Pada akhirnya penjualankontrasepsi bertabur dimana-mana seperti di mall, market, club malam dll.

Bagaimana kami melihat?


Teori filsafat komunis Marxis yang diperjuangkan olehMarx dan Engels tinggal bayangan, kelas borjuis sungguh-sungguh kejam terhadapploretar. Paradigma yang kita lihat sangat jauh berbeda dari impiannya untukmemanusiaakan manusia. Cita-cita komunis untuk mengambil alihan alat-alatreproduksi untuk diberikan pada masyarakat buruh hanya sebagai angan-angansehingga masyarakat hanya menjadi masyarakat utopis.


Saya masih teringat 48 tahun silam, ketika Indonesiadibawah bayang-bayang PKI, mungkinkah ini yang menjadi keretakan cita-citaperjuangan ploretar. Ketika perjuangan sudah dipartaikan, alamat idealisme yangdipuja dan diharap tinggallah kepulan. Indonesia anti-komuis, maka ini sangatbertentangan dengan cita-cita perjuangan buruh, sehinnga peristiwa kelammerenggut ribuan nyawa dalam G-30S PKI.

Dalam The Sublim obyectif ideologis, Zizek menyatakania sangat memuja dan mengelu Hegelian. Bahwa sistem kenegaraan yang baik harusdisandarkan pada dua hal yang bertentangan, sistem demokrasi liberal dankapitalis, sehingga mewujudkan real. Namun, ketika disandarkan melaluipsikoanalisis, bagi Zizek, perempuan adalah simbol dari the real, the realadalah sesuatu yang mengandung kebebasan dan kebebasan adalah sikap traumatik.Dimana seks politisan bagian dari suyektifitas. Jika persamaan digunakan dalamsistem kenegaraan maka negara kosong dari karakter  revolusioner , maka tidak ada perubahan.

Dari pernyataan Zizek, bisa dilihat, kira-kira apa sihyang diusung, memang angat gila pendapatnya. Bagaimana mungkin kita sebagaibangsa Indonesia memakai sistm demokrasi liberal dengan sandaran kapitalis demimenuju masyarakat adil, yang ada hanya the real sebagai “cicipan” saja.Artinya rakyat ploretar makin menjadi-jadi miskin, yang kaya semakin kaya,seperti kita lihat banyak pemulung dan peminta-minta di pinggir jalan.Sedangkan mereka bersandar pada mobil-mobil mewah milik orang kaya yang ada didalam mall tersebut. Banyak PKL di depan mall Giant, sedang di mall tersebutkaca tembus pandang terlihat mereka makan kenyang dan belanja super woow.

Ketika the second wave bagi seorang perempuandihirarkikan di depan gedung mewah demi mendapat sesuap nasi, perempuan masihbersikap mengelus dada, apatis dan jauh dari impiannya. Kalaupun iya, ini hanyapermainan politik saja, kelamin ya mungkin karena kelamin. Karena sangat jarangperempuan duduk bersila bersama laki-laki. Kalaupun ada dalam sebuah parlemen,mungkin, ini karena permainan uang bukan skill. Kalau kalah, jawabannya hanyasatu “itu takdirmu”.

Hubungan publik antar dua kelamin beda dalam pandanganJohn stuart Mill di The Subjection of Women  bahwa meeski persamaan sudah ada, laki-lakitidak memperbudak perempuan dalam fisik, tapi mereka tetap masih mampumemperbudak secara mentalitas. Jadi teringat cerita banyak para buruh perempuanyang bekerja mati-matian demi menghidupkan kandungan demi sesuap nasi, sedang diaharus peran rumah masih berlaku baginya. Tragis. Di lain sisi, idealismeperemuan dianggap sepele, perjuangan kelas buruh yang dibawa Marsiinah, aktifisburuh merenggut nyawanya setelah dipaksa oleh sekumpulan oportunis bisnis dantentara kemudian dibunuh dan diketemukan di kebun alas hutan dalam keadaankelamin rusak dan tulang panggul bengkok. Maka pada tanggal 8 Mei 2013 inigenap 20tahun sudah kasus ini bergentayangan.

Lalu bagaimana?

Wilayah buruh memang kejam. Karena yang dilihat sisimateri, maka secara otomitas sensitifitas sangat tinggi terutama di kalanganrumah tangga. KDART semakin runcing dan menjadi-jadi, pengemis berkeliaran dan tuna asusilatak terhitung. Sungguh bukankah al qur’an mengajarkan makna keadilan dandemokrasi? Mengajarkan seberapa jauh perempuan ditinggikan dalam kalimat “wa Aatun Nisaa soduqootihinna nihlah”, bukankah kalam Tuhan “ya ayyuhan nasu innakholaqnakum min dzakarin wa unsa waj’alnakum syuu’uban waqobaila lita’arofu”.Disini harus ada persamaan berdiri sama rendah, sistem keadilan berdasarkebutuhan, musyawarah sangat dianjurkan, bukan untuk mengambil HAM namunmemulai saling memahami, bukan kekerasan baik secara psikis atau sobordinatif yang termarginalkan dengan memperkejarodikan perempuan dalam lingkup industrial atau sistem.

Sudah bagus, ketika perempuan mempunyai posisi nyamanberdikari membuat karya untuk kemudian dijual. Banyak kursus-kursusdiperuntukkan sesama jenis dalam bidang perempuan seperti memasak, menjahit danmenyulam, hal ini bagian dari bukti bahwa mengurangi sistem perburuhansetidaknya punya skill untuk berwiraswasta. Para buruh diberi kerja 5 haridalam seminggu, honorarium tunjangan lebaran masih diberlakukan, pemberian upahjangan sampai terlambat juga seyogyanya peran penting manager tidakdicampuradukkan sebagai owner.

Dalam hubungan feminis klasik milik Kate Millet, sexpolitican wajib untuk disampingkan dahulu. Peran ganda yang dimilikiperempuan seakan sebagai tirani tradisional yang wajib diluluhlantakkan. Sebuahmitos baginya ketika laki-laki harus menjadi superior bahkan di wilayah RT.Maka, Kate mulai membuat  jejaring barubernama politik menjadi feminis dan homoseksuil yang harus menanggalkan garistengah antara laki-laki dan perempuan sehinnga sistem tradisional kelas harusdihapuskan, karena perempuan bukan menginginkan kebebasan melampau namun bebassesuai kebutuhan sebagai makhluk sosial yang mandisri dan kreatif.
Tapi, tak bisa dinafikan bahwa banyak para majikan dikomplek gang perumahan sekalipun, buah bibir terucap dari mereka berteriak:“ini buruhku, mana buruhmu”.

Kairo, 8 Mei 2013
#Dalam memperingati hari Marsinah ke-20 tahun danPalang Merah Internasional juga memperingati genap usia saya 26th,berharap menjadi manusia bermanfaat bagi manusia lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar