Kamis, 07 Januari 2016

Kitab kuning

Pesantren identik dengan kitab kuning. Kitab kuning, pesantren dan tarekat mempunyai keterikatan yabg kuat. Hubungan antara kitab kuning dan keilmuwan Islam seperti di Arab, India dan Asia tenggara bahkan lebih-lebih cara pembelajarannya.

Pesantren sebagai lembaga menyerupai madrasah-madrasah lainnya di luar negeri seperti di Mesir, Yaman, Sudan, Maroko dan Arab saudi. Sistem yang dilakukan sudah ada sejak zaman ulama salafussoleh seperti sorogan (santri membaca kitab setelah kyai memaknai dan menjelaskannya) , sistem njenggoti (sang kyai memaknai tulisan gundul arab).

Dalam hal diatas, kitab kuning mempunyai beberapa pembelajaran yang diajarkan berisi paham aqidah asy'ari,  fiqh Syafi'i dan akhlak tasawuf imam Ghazali.

Dalam pesantren mempelajari banyak sekali karya ulama salafyang diajarkan hingga kini. Seperti, ilmu alat yaitu nahwu (imriti , nahwu wadhih, alfiyah ibnu malik), shorof (kitab nudhum maqsud karya imam humam al akmal, amstilati tasrifiyah), muhadasah. Ilmu fikih (fathulqorib, Fathul mu'in, uquddullujIn, qowaidulfiqh, fathul muin, ) ilmu kalam (jauharotutauhid karya imam juwaini, syarhul mawaqif), ilmu tafsir (tafsir jalalain karya imam jalaluddin assuyuthi dan jalaluddin almahali, tafsir ahkam karya imam alusy, tafsir kasyaf karya imam zamahsyari). Ilmu akhlak (akhlaku lil banat karya syekh umar bin ahmad barja', kitab ta'lim mutaalim karya imam az zarnuji, kitab akhlakullilbanin).

Esensi kitab kuning mengajarkan kita dalam 3 hal. Pertama yaitu burhani. Dalam hal ini, soko guru utama dalam penjelasan kitab kuning sangat berkelindan dengan dalil naqli. Baik dalil dari al quran dan hadits. Sehingga keonttikannya sangat relevan sebagai maha karya ulama atau para kyai dalam menjelaskan kitab. Kedua, bersifat bayani. Santri dituntut keras untuk memahami teks dalam kitab kuning. Akal merupakan metode memahqmi, meyakini dan mempraktikkannya. Selain itu kajian yang digunakan akan menjadi unggul ketika diwejawantahkan dalam kajian atau diskursus ilmiyah. Ketiga bersifat irfani. Para salafussoleh menulis dengan penuh hati-hati, tirakat dan spiritualitas lain. Bukan sebuah karya yang sebatas zaman. Namun kitab kuning digunakan dalam likulli zaman wal makan. Maka, kitab kuning hingga sekarang masih digunakan dan tersebar. Baik menggunakan kurikulum sorogan atau bayan dari kyai.

#iseng-iseng menulis di bus Rembang-Surabaya, 7 Januari 2016